video tutorial

"Ayu Puspita Dewi"

Pages

Logo ATRO

Selamat datang di kampus ATRO Muhammadiyah Makassar,Kampus unggulan di Indonesia timur

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 21 Juni 2012

Video Pembuatan Tabel Dengan Ms.Word

Rabu, 20 Juni 2012

video pembuatan tabel Ms.word

<iframe width="400" height="350" src="http://www.youtube.com/embed/DdEO4Ec0X14" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Kamis, 03 Mei 2012

Anatomi Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia
Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh karenanya, makanan yang dimakan dihancurkan terlebih dahulu sebelum diangkut. Proses ini disebut proses pencernaan. Pencernaan dilakukan oleh sistem pencernaan. Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan merupakan alat yang dilalui makanan seperti mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Saluran pencernaan berfungsi memecahkan makanan yang besar menjadi berukuran lebih kecil dan halus.






Kerja saluran pencernaan dibantu dengan adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.
 Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan pada manusia terdiri dari :

  1. mulut (cavum oris) dan faring,
  2. kerongkongan (esophagus),
  3. lambung (ventriculus),
  4. usus halus (intestinum),
  5. usus besar (colon),
  6. rectum dan
  7. muara pelepasan (anus).

Saluran pencernaan dilapisi oleh lendir di permukaan dindingnya.
1. Mulut (cavum oris) dan faring
Mulut merupakan alat (organ) pencernaan pertama, di dalamnya terdapat gigi, lidah dan kelenjar ludah. Macam gigi adalah gigi seri, gigi taring dan gigi geraham. Fungsi gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk merobek, gigi geraham untuk mengunyah makanan. Susunan gigi secara umum dari luar ke dalam meliputi lapisan email (sebagai pelindung lapisan gigi).















Lidah di dalam mulut berfungsi untuk mengecap rasa makanan, memindahkan makanan pada saat dikunyah dan membantu menelan makanan.

 













Kuncup pengecap di lidah disebut papilla. Daerah lidah yang peka terhadap rasa manis terletak di bagian ujung lidah, peka asam dan asin di pinggir lidah serta yang peka terhadap rasa pahit terletak di pangkal lidah. Saliva atau air ludah yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, berfungsi untuk melunakkan makanan serta membantu dalam menelan makanan. Saliva mengandung enzim ptialin. Makanan dari rongga mulut menuju ke kerongkongan melalui faring. Faring berupa saluran memanjang di belakang rongga mulut. Pada pangkal faring terdapat epiglotis, untuk menutup saluran pernapasan pada saat menelan makanan.
 
2. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan berupa saluran panjang yang terdapat di dalam leher, berfungsi untuk memasukkan makanan dari mulut menuju lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong makanan menuju lambung. 

3. Lambung (ventriculus)
Lambung terdapat di dalam rongga perut di sebelah bawah difragma, berupa kantong penyimpanan makanan. Lambung terdiri dari tiga bagian : kardiak (bagian atas), fundus (bagian tengah) dan pilorus (bagian akhir). Lambung melakukan gerakan peristaltik dan pendular untuk meremas dan mengaduk makanan yang masuk. Di dalam lambung terdapat kelenjar yang menghasilkan enzim pencernaan seperti asam khlorida (HCl), enzim pepsin dan enzim renin. Enzim ptialin dalam air ludah tidak dapat bekerja di dalam lambung karena terlalu asam (pH sekitar 1,5 sampai 3). Makanan berada di lambung kira-kira 3 sampai 4 jam atau sampai 7 jam untuk bahan makanan yang mengandung banyak lemak. Makanan yang sudah hancur sedikit demi sedikit masuk ke usus halus.

4. Usus halus (intestinum)
Usus halus terdapat 3 bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (yeyenum) dan usus penyerap (ileum). Duodenum memiliki panjang sekitar dua belas jari, terdapat muara dari dua saluran : saluran dari kelenjar pankreas dan saluran dari kantung empedu. Di dalam duodenum makanan dicerna dengan bantuan enzim pencernaan menjadi molekul yang lebih sederhana. Pada duodenum sudah terjadi penyerapan (absorbsi) asam amino yang berlangsung cepat. Selanjutnya makanan melewati yeyenum (sekitar 7 meter) menuju ileum. 
Di dalam ileum terjadi penyerapan sari makanan hasil pencernaan. Dinding dalam dari ileum berlipat-lipat yang disebut dengan jonjot (villi). Villi berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan sari makanan. Sari makanan yang larut dalam air (seperti glukosa, asam amino, vitamin B dan C) diserap oleh darah dalam pembuluh kapiler kemudian diedarkan ke seluruh sel yang membutuhkan. Molekul glukosa diserap secara difusi dengan kecepatan maksimum 120 gram tiap jam. Sedangkan sari makanan yang larut dalam lemak (seperti asam lemak, gliserol, vitamin A, D dan E ) diserap dan diangkut oleh cairan getah bening (limfe) di dalam pembuluh kill. Sisa makanan yang tidak dapat dicerna seperti zat serat (sellulosa) dan bahan yang telah diserap sarinya menuju ke usus besar. Makanan berada di dalam usus kira-kira 12 sampai 24 jam.

5. Usus besar (colon)














Pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat usus buntu dan umbai cacing (appendiks). Belum diketahui fungsi utama appendiks. Usus besar memiliki ukuran yang lebih pendek dari pada usus halus, tetapi memiliki diameter lebih lebar sampai 3X usus halus (mencapai 7 cm). Pada usus besar terjadi penyerapan garam-garam mineral dari sisa makanan serta penyerapan air (reabsorbsi) dalam jumlah tertentu. Apabila sisa makanan kekurangan air, maka air dilepaskan kembali. Di alam usus besar terdapat banyak mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa makanan, seperti Escherichia coli. Sisa makanan yang telah busuk ini disebut faeces. Colon terdiri dari colon ascendens (naik), colon transcendens (mendatar) dan colon menurun.

6. Rectum dan muara pelepasan (anus). 
Faeces melalui rectum dilepaskan di anus.

Kelenjar Pencernaan

 Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim. Enzim pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Macam kelenjar pencernaan pada manusia diantaranya :
  • kelenjar ludah (parotis),
  • kelenjar lambung,
  • kelenjar pankreas dan hati.
1. Kelenjar ludah (parotis)














Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebelah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase ludah.

2. Kelenjar lambung
Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsin, enzim renin dan asam khlorida (HCl). Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau pengeluaran asam lambung dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan yang masuk ke dalam lambung, serta dipengaruhi oleh hormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Produksi asam lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.

Selasa, 01 Mei 2012

Biodata Ayu Puspita Dewi

  •  Nama Lengkap          : Ayu Puspita Dewi
  • Nama Panggilan         : Ayu
  • NIM                          : 11069
  • Tempat Tanggal Lahir : Lampung Utara,5 Maret 1993
  • Jenis Kelamin             : Perempuan
  • Agama                       : Islam
  • Asal Sekolah              : SMAN 1 Abung Semuli
  • Alamat Rumah            : Komplek TNIAL Dewa Kembar no 107,Tamalaba,Ujung tanah,Makassar
  • Anak ke 4 dari 3 bersaudara
  • Nama Ayah                : Sumaryo
  • Pekerjaan                   : Petani
  • Nama Ibu                   : Sayem
  • Pekerjaan                   : Ibu Rumah Tangga
  • Alamat Orang Tua      : Jl.Cengkeh,Papan Asri,Kota Bumi,Lampung Utara

Senin, 30 April 2012

Radiofoto Teknik Penyimpanan Film

  1. Teknik Penyimpanan Film Secara Umum
  2. Kamar Gelap
  3. Kamar Pemeriksaan
Tujuan : Memahami teknik atau cara menyimpan film sinar-x
Syarat-syarat Menyimpan film :
  1. Suhu ruangan kurang lebih 13 derajat C
  2. Kelembaban maximal 50% dalam keadaan kering
  3. Terlindung dari radiasi onion
  4. Jauh dari bahan-bahan kimia
  5. Tidak terjadi tekanan mekanis antar film
Jika ke lima syarat ini tidak dipenuhi maka :

  1. Fog level (kabut) akan meninggi
  2. Sensitifitas akan menurun atau kepekaan film menurun
  3. Kontras film menurun atau perbedaan kehitaman (densitas)

 Teknik Penyimpanan Film Di Gudang

  1. Udara dingin dan kering
  2. Sirkulasi udara cukup
  3. Film harus disimpan menurut expayer datenya
  4. Temperatur suhu 20 derajat
  5. Hindari dari bahan radioaktif atau radiasi


Teknik Penyimpanan Film Di Kamar Gelap

  1. Harus disimpan dimeja yang kering
  2. Dibuka pada keadaan yang gelap
  3. Disimpan tegak
  4. Box film selalu tertutup


Teknik Penyimpanan Film Dikamar Pemeriksaan

  1. Di dalam kaset
  2. Jauh dari sumber radiasi baik radiasi primer dan sekunder
  3. Terpisah antara film yang telah terexpose dan yang belum


Kamar Gelap

Lokasi kamar gelap tidak terlalu jauh dari kamar pemeriksaan.

Proteksi Radiasi Kamar Gelap

  1. Karena yang bekerja manusia
  2. Bahan yang peka terhadap radiasi
  3. Dekat dengan kamar pemeriksaan atau sumber radiasi

A. Sistem Satu Pintu ( Single Door System )

Keuntungan :
  • Lebih murah
  • Hemat ruangan
  • Pengunci otomatis
Kerugian :
  • Tidak memiliki cassete hatch
  • Petugas yang lain tidak bisa masuk ke kamar gelap

B. Sistem Dua Pintu

Keuntungan :
  • Menghemat tempat
  • Mengunci otomatis
  • Petugas bisa keluar masuk dikamar gelap tanpa mengganggu proses proccesing
Kerugian :
  • Lebih mahal

C. Sistem Penyekat ( laby ruth ) atau Zig-zag

Keuntungan :
  • Petugas bebas keluar bagus keluar masuk tanpa mengganggu proses proccesing
Kerugian :
  • Banyak makan tempat

D. Sistem Pintu Berputar

Keuntungan :
  •  Lebih mahal


Fasilitas Kamar Gelap

  1. Penerangan
  • Penerangan umum
  • Penerangan khusus
Tujuan : Agar bisa melihat kaset itu masih bagus atau tidak,kamar gelap juga perlu di bersihkan jadi harus    terang .

      2. Meja Kerja
  • Meja basah 
  • Meja kering
      3. Label Printer
          Di pinggir kaset untuk identitas pasien

      4. Casette Hatch
          Disimpan di dinding Kamar gelap
     
      5. Tempat Film ( film hopper)
      6. Hanger
      7. Pengering

Teknik Pemeriksaan columna Vertebra Cervicalis





TEKNIK PEMERIKSAAN COLUMNA VERTEBRA CERVICALIS

 Dalam pemeriksaan Columna Vertebralis Cervicalis biasanya dilakukan dalam 4 proyeksi, proyeksi tersebut ialah AP AXIAL, LATERAL, RPO dan LPO. 

1. Proyeksi AP Axial 

film : 18 x 24 cm, memanjang 

Posisi Pasien : 
- pasien dalam posisi  berdiri ( erect  ) dengan bagian belakang pasien dekat dengan film 
- atur kedua shoulder dalam bidang horizontal yang sama untuk mencegah rotasi  dari leher. 

Posisi Objek : 
- pertengahan MSP tubuh pada midline meja pemeriksaan atau pada vertikal grid 
- ekstensikan dagu secukupnya sehingga garis dari bagian atas dari bidang occlusal menuju mastoid tips tegak lurus meja, hal ini untuk mencegah super posisi mandibula dengan pertengahan cervical 
- pertengahan kaset pada cervical ke 4 
- lindungi gonad pasien 
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadap pasien, maka beri batas  kolimasi secukupnya 
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak. 
Central Point : pada cervical ke 4 
Central Ray : 15 - 20 o cranially 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12 

Hasil gambaran Columna vertebralis cervical Proyeksi AP Axial
 
Kriteria gambar :
·         Bayangan mandibula superposisi dengan atlas dan sebagian besar axis
·         Terbukanya intervetebral disk spaces
·         Tampak C4 pada pertengahan film
·         Angulus mandibula dan proc mastoid berjarak sama
·         Tampak bagian superior dari Columna Vertebralis cervical 1 (C1) sampai Columa vertebralis thoracal ke 3 (T3)
·         Tidak ada rotasi dan pergerakan pada Columna Vertebralis Cervical
·         Tampak marker R
Central Point ; pada cervical ke 4 
Central Ray ; tegak lurus terhadap kaset 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12 
Central Point ; pada cervical ke 4 
Central Ray ; tegak lurus terhadap kaset 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12 

2. Proyeksi Lateral

               Film : 18 x 24 cm, memanjang





Posisi Pasien : 
- pasien di posisikan true lateral disamping vertical grid device 
- pasien berdiri tegak ( erect ) dan atur ketinggian kaset sehingga pertengahannya pada cervical ke 4 

Posisi Objek : 
- coronal plane yang menembus mastoid tips pada midline film 
- atur pasien sedekat mungkin dengan kaset 
- atur kedua shoulder dalam bidang horizontal yang sama 
- atur tubuh pasien sehingga true lateral 
- dagu sedikit di ekstensikan 
- berikan beban pada kedua lengan pasien supaya bahu sedikit menekan kebawah dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran columna vertebralis cervicalis ke 7 yang tidak superposisi dengan bahu atau shoulder 
- selama eksposi, pasien di beri instruksi untuk tidak bergerak 
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya. 

Central Point ; pada cervical ke 4 
Central Ray ; tegak lurus terhadap kaset 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12 

Hasil gambaran Columna vertebralis cervical Proyeksi Lateral

Kriteria gambar :
·         Tampak bagian lateral dari Columna vertebralis cervical 1 sampai Columna vertebralis cervical ke 7 (C1-C7)
·         Tidak ada rotasi atau kemiringan pada keseluruhan Columna vertebralis cervical
·         Tergambar proc.spinosus dengan baik dari C1-C7
·         Ramus mandibula tidak overlapping dengan atlas atau axis
·         Ramus mandibula hampir superposisi dengan C1
·         Tampak C4 pada pertengahan film
·         Tampak marker R pada sisi kaset

3. Posisi RPO 

         Film : 18 x 24 cm, memanjang








Posisi Pasien : 
- pasien berdiri ( erect ) dengan muka menghadap tube / tabung sinar - x 

Posisi Objek: 
- atur tubuh dan kepala oblique sehingga membentuk sudut 45 0 
- pertengahan kaset pada cervical ke 4 
- bahu sebelah kanan menempel pada kaset dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pada sisi sebelah kiri columna vertebralis cervicalis atau sisi yang jauh dari film 
YANG TAMPAK ADALAH FORAMINA YANG JAUH DARI FILM 
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya. 
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak. 

Central Point : pada cervical ke 4 
Central Ray : tegak lurus terhadapat kaset (vertical) atau bisa juga menggunakan 15 - 20o 
cranially dengan tujuan untuk mendapatkan foramen vertebralis yang lebih baik. 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12  
Hasil gambaran Columna vertebralis cervical Proyeksi RAO


Kriteria gambar :
·         Tampak keseluruhan Columna vertebralis Cervical (C1-C7)
·         Adanya rotasi pada Columna vertebralis Cervical sedikit kearah kanan
·         Tampak gambaran keseluruhan columna vertebralis cervical pada sisi yang jauh dari film (sisi kiri)
·         Terbukanya foramina intervertebralis
·         Terbuka nya intervertebral disk space
·         tidak ada pergerakan pada pasien
·         tampak marker R pada sisi kaset

4. Proyeksi LPO 

     
         Film : 18 x 24 cm, memanjang 


Posisi Pasien: 
- pasien supine atau berdiri/duduk dengan muka menghadap tube / tabung  sinar - x 

Posisi Objek : 
- atur tubuh dan kepala oblique sehingga membentuk sudut 45 0 
- pertengahan kaset pada cervical ke 4 
- bahu sebelah kiri menempel pada kaset dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pada sisi sebelah kanan columna vertebralis cervicalis atau sisi yang jauh dari film 
YANG TAMPAK ADALAH FORAMINA YANG JAUH DARI FILM 
- dengan memperhatikan proteksi radiasi terhadapat pasien, maka atur luas kolimasi secukupnya. 
- selama eksposi pasien diberi instruksi untuk tidak bergerak. 



Central Point : pada cervical ke 4 
Central Ray : tegak lurus terhadapat kaset (vertical) atau bisa juga menggunakan 15 - 20o cranially dengan tujuan untuk mendapatkan foramen vertebralis yang lebih baik. 
Faktor Eksposi : kv = 61 dan mAs = 12 

Hasil gambaran Columna vertebralis cervical Proyeksi LAO




Kriteria gambar :
·         Tampak keseluruhan Columna vertebralis cervical (C1-C7)
·         Adanya rotasi pada Columna vertebralis cervical sedikit kearah kiri
·         Tampak gambaran keseluruhan columna verterbralis cervical pada sisi yang jauh dari film ( sisi kanan).
·         Terbukanya foramina intervertebralis
·         Terbuka nya intervertebral disk space
·         Tampak marker L
·         tidak ada pergerakan pada pasien